Berdiri pada tanggal 28 Januari 2023
Paroki Roh Kudus-Gorontalo, Labuan Bajo
Keuskupan Ruteng
Setelah 38 tahun kehadiran KSSY yang menangani pendidikan Sekolah Luar Biasa di Keuskupan Ruteng, kongregasi mempertimbangkan kelanjutan pengembangan potensi anak-anak yang sudah tamat sekolah dari pendidikan SLB di Ruteng. Tempat yang dipilih adalah Labuan Bajo, mengingat bahwa peluang dikota ini lebih banyak daripada di Ruteng sendiri.
Permohonan untuk maksud tersebut disampaikan kepada Uskup Ruteng, Mgr. Siprianus Hormat. Tak lama kemudian permohonan itu ditanggapi dengan memberikan izin dan dukungan. Maka melalui Yayasan Karya Murni cabang Ruteng maka dibangun gedung tempat pelatihan untuk pengembangan potensi anak-anak tersebut antara lain; untuk tata rias, tata boga, tenun.
Ketika proses pembangunan berlangsung dan sudah ada bangunan yang disebut rumah singgah bisa ditempati sebagai tempat tinggal, dua orang suster yaitu Sr. Silvani Mantili, Sr. Arnolda Turnip, tinggal di Labuan Bajo sekaligus untuk mempersiapkan berbagai hal untuk tujuan pembangunan itu. Mereka tetap sebagai anggota komunitas St. Elisabet Ruteng dan secara rutin mengikuti ritme komunitas seperti rekoleksi bulanan ataupun pertemuan komunitas.
Pada tanggal 13 Desember 2022 Pemimpin Umum KSSY memohon izin untuk membuka komunitas baru kepada Uskup Ruteng dan permohonan itu dikabulkan. Dengan izin itu maka pada tanggal 28 Januari 2023, dalam perayaan ekaristi yang di pimpin oleh Pastor Paroki Roh Kudus RD.Laurens Sopang,Pr dan beberapa Pastor Konselebran secara resmi dibuka komunitas baru KSSY di Labuan Bajo yang disebut Komunitas St. Yosef.
Perayaan diawali dengan pembacaan surat rekomendasi membuka komunitas baru biara KSSY dari Vikjen Keuskupan Ruteng (RD. Alfons Segar). Hadir Pemimpin Umum KSSY, Sr Yosephine Situmorang KSSY dan beberapa suster dari Komunitas St.Elisabet dari Ruteng, beberapa pastor, bruder, suster dari kongregasi lain, beberapa umat serta anak-anak SLB Ruteng. Mereka yang menjadi anggota komunitas ini adalah Sr. Bertha Sihaloho sebagai Pemimpin Komunitas, Sr. Flora Simbolon dan Sr. Grace Sianturi sebagai anggotanya. Secara fisik bangunan biara belum ada, para suster memakai bangunan rumah singgah sebagai ruang komunitas untuk melaksanakan aktivitas hidup komunitas.